Senin, 29 Desember 2008

DINAMIKA KOMUNIKASI

Oleh Haryanto

Disadari atau tidak disadari manusia pasti akan berkomunikasi. Karena manusia adalah makhluk sosial yang pasti akan melakukan hubungan dengan siapapun. Komunikasi yang dilakukan oleh manusiapun ada banyak macam, cara dan bentuknya sesuai dengan keinginan dan pemahaman dari penyampai pesan (komunikator) serta penerima pesan (komunikan). Tanpa komunikasi manusia tidak akan ada di dunia ini. Sebagai contoh, nabi Adam dan Siti Hawa dengan komunikasi yang dilakukan, rayuan dari iblis dan kebahagiaan yang dibangun maka lahirlah generasi-generasi yang selanjutnya.

Para ilmuwan mengatakan, bahwa komunikasi adalah ilmu yang berada pada “persimpangan jalan”. Siapaun orangnnya, dengan jabatan, kedudukan, dan fungsi apapun, pasti akan melalui pesipangan jalan tersebut. Mereka tidak akan bisa hidup tanpa komunikasi.

Secara etimologi (kebahasaan) kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, yang artinya, sama, dalam ati sama makna mengenai satu hal. Secara sederhana dapat diartikan bahwa orang yang berkomunikasi harus mempunyai makna yang sama terhadap suatu hal. Coba kita bayangkan jika orang yang tidak memiliki suatu tujuan yang sama maka tidak akan terjadi komunikasi dalam ruang lingkup itu.

Pengertian secara terminologi (istilah), pada umumnya bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dari seseorang kepada orang lain, sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Dalam hal ini, seperti yang disebutkan di atas. Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan melakukan hubungan dengan manusia lainnya. Hanya saja cara dan jenisnya saja yang berbeda.

Sering kita mengartikan bahwa komunikasi hanyalah setakat bahasa ucap (obrolan, perbincangan, bicara, dll). Lebih luas dari itu, sebenarnya pada saat kita bertemu dengan seseorang lalu kita menyapa dengan salam, kemudian kita senyum dan melambaikan tangan. Itu semua adalah adalah proses komunikasi. Dan bicara masalah komunikasi yang lebih luas, komunkasi ini sangatlah kompleks dengan segala sesuatu yang mempengaruhinya.

Dengan itu, manusia dengan berbagai cara dan pemahamannya dapat menjadikan komunikasi sebagai alat.

Mendengar komunikasi biasanya sangat lumrah disebut-sebut oleh setiap kita yang berada dimanapun. Kita pasti pernah mendengar, “jangan emosi, dikomunikasikan dulu”. Di sini komunikasi menjadi sangat penting sebagai bahan peredam konflik yang sangat sederhana. Pada tataran yang lebih luas dan sangat serius. Komunikasi merupakan sarana yang sangat ampuh untuk mengatasi persoalan atau masalah yang lebih besar. Perjanjian Helsinki di Finlandia oleh pemerintah Indonesia dan gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mejadi bukti begitu ampuhnya komunikasi dalam mengatasi konflik. Ini contoh begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan.

Tidak jarang pula, hal sebaliknya berlaku. Komunikasi menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Manusia, sesuai dengan kepentingan yang akan didapatkannya. Sehingga hal ini, tidak jarang komunikasi ini menjadi sarana untuk berbuat yang tidak baik. Nepotisme yang berasal dari lobi silsilah, korupsi dan kolusi yang berasal dari lobi politik, kadang menjadi akibat dari komunikasi yang tidak benar.